Sekarang ini dikantor gw lagi sedikit disibukan dengan permasalahan koneksi internet. untuk saat ini kantor gw masih menggunakan LC telkom sebesar 256 untuk internasional yang biayanya lumayan gede juga sekitar 24 jt perbulannya. Nah kebetulan temen gw punya rekanan di salahsatu penyedia layanan koneksi internet dengan nama Rajasa dengan alamat di jl akses UI kelapa dua depok, dengan harga yang lumayan jauh berbeda bila dibandingkan dengan harga LC Atinet Telkom .
Coba aja bayangkan langganan di Astinet dengan BW 265 harganya 24 jt sedangkan kalo menggunakan jasanya Rajasa dengan BW 512 1:1 kantor gw mengeluarkan biaya sekitar 17 jt bedanya kalo di Rajasa ngegunain wireless. Tapi ada sedikit masalah yg jadi sebab alotnya perpindahan ini, hal yang paling dipermasalahkan oleh kantor gw karena si rajasa masih terbilang baru (belom terkenal seperti ISP lainnya kayak Telkom, Indosat, Indonet dll) sehingga kantor gw merasa ketakutan jangan-jangan ….. alias berprasangka buruk.
So, gw sama temen gw tinggal nunggu kabarnya aja dari pimpinan apakah akan segera di approve atau di reject, kalo gw sendiri sih belom yakin betul karena selain belom terkenalnya ISP ini, yang bikin gw belom sreg karena harganya yang lumayan jauh berbeda degan ISP lainnya.
wah emg sepertinya cocok sekali buat webserver atau email server.. makanya mahal harganya hehe..
gk usah ragu…survey aja tentang rajasa, walau baru gk ngobral janji saya pakai koneksi rajasa kebetulan..tapi warnet..hehehe gk ada masalh tuh
Saya punya pengalaman dalam masalah pindah dari Astinet ke Wireless :
a. Dengan telkom sekitar tahun 2004 s/d 2008, 128 KBps 1:1
saya bayar 9.5 jutaan.
b. Sekitar pertengahan 2008, ada penawaran dari Wireless Internet
Provider 256 hanya 7 Juta.
c. Awalnya atasan saya juga tidak setuju takut banyak gangguan
namanya saja wireless via radio sedang di kantor saya
running mail server sendiri.
d. Saya argumerntasi bahwa tidak ada salahnya mencoba,
paling tidak ada 1 s/d 3 keuntungan dengan mencoba :
– Kalau ternyata bagus, maka kita bisa reduce cost.
– kalau ternyata jelek juga, maka kita telah belajar menggunakan
wireless.
– kalau ternyata jelek, kita bisa pindah ke provider lain – kembali
ke Astinet atau ke yang lain – dengan harga sekarang. Karena
biasanya provider lama ga mau nurunin harga untuk pelanggan
lamanya.
e. So kita coba, hasilnya :
– 6 bulan pertama banyak RTO-nya atau DOWN. Masalahnya
macam-macam yang dominan adalah power
radionya mati, radionya kesambar petir, gelombang
radionya terganggu radio lain, gelombang radionya
menjadi kurang focus sehingga perlu di fine-tune.
f. Dari kejadian itu saya belajar mengatasi masalah bersama
dengan provider. Saya minta jalur alternatif selain
pake radio biasa yang ada. Saya minta jalur alternatif
pake microwave yang antena-nya spt gendang di BTS-BTS itu.
g. Provider-ku setuju. Akhirnya kita diberi 2 jalur redundant :
Jalur ke-1 pake point-to-point radio sejauh 35 KM seperti
biasa dan jalur ke-2 pake Microwave via BTS-nya Indosat.
Keduanya ON.
h. Dengan 2 jalur redundant ini, maka dalam keadaan keduanya ON
maka otomatis akan dipake yang Ping Time nya lebih kecil
dan itu pasti via Microwave. Tetapi kalau Microwave
sedang DOWN, maka jalur radio biasa yang dipergunakan.
i. Sejak itu, maka ga ada lagi Internet DOWN dan RTO tinggi
di kantorku, 256 hanya 7 Juta per bulan.
j. Hebatnya lagi provider-ku ini : Mereka fair : ketika harga
bandwith turun, mereka beritahu kita dengan paket bonus
berupa bandwidth-ship :
a. Bandwidth naik sedikit dengan harga tetap.
b. Atau Bandiwidth naik banyak tetapi kenaikan harga murah.
k. Tahun 2009 kami mendapat bandwith-ship dari 256 ke 384
dengan harga sama 7 juta per bulan.
l. Awal 2010 kami mendapat bandwith-ship lagi dari 384 ke 512
dengan harga sama 7 juta per bulan atau naik menjadi 1024
dengan harga 9.5juta per bulan.
m. Dan karena sejak 2010 ini kami mau pasang Tandberg
Video Conference, maka kami pilih 1024 KBps dengan naik
harga sedikit saja.
Mudah-mudahan pengalaman ini bisa ikut andil menurunkan harga
internet bagi enterprise.
Syamsul Arifin,
Bogor