Ketika kita dihadapkan kepada satu masalah, maka relatif akan lebih mudah untuk mencari sebuah solusi untuk masalah itu, tapi bagaimana kalau kita dihadapkan kepada dua atau tiga atau lebih banyak masalah? apa lagi masalah-masalah tersebut memiliki tingkat kepentingan yabng sama untuk segera diselesaikan?
Disinilah dituntutnya kita untuk bertindak dengan lebih bijaksana, kita harus bisa menentukan masalah mana yang harus lebih dulu di prioritaskan untuk diselesaikan. Dan hal ini akan tersa sangat sulit sekali untuk dilakukan, karena kita tidak bisa lepas dari yang namanya unsur kita sebagai seorang manusia yang segala tindak tanduk kehidupan kita yang selalu di pengaruhi oleh perasaan.
Dalam sebuah pekerjaan, seringkali gw dituntut untuk memberikan solusi terhadap beberapa masalah. Dan hal ini yang kadangkala membuat diri gw merasa terintimidasi, dan seringkali gw berfikiran “kenapa mesti gw yang ngerjain ini… ngerjain itu? aduh bo capee deee :(( ” tapi karena gw selalu berat dan tidak kuasa untuk menolak sebuah kalimat “sep tolong dong …bla..bla..bla” dengan serta merta gw selalu berusaha memberikan pertolongan selama gw memang masih bisa memberikan pertolongan.
Hal ini lah yang seringkali membuat tanggungjawab atau tugas utama gw terbengkalai dan terlupakan. Lalu gw mencoba untuk mengatasi permasalah ini dengan membuat to do list dan gw sudah bertekad bulat diluar to do list ngak bakalan ngerjain yang lain-lain, tapi karena kembali kepada sifat gw yang susah untuk menolak permintaan orang untuk membantu dia, to do list itu terasa kurang berarti bagi gw, walaupun gw masih bisa melihat apa-apa yang musti gw kerjakan secepatnya.
Salah satu contoh kasus, misalnya gw lagi memperbaiki sistem informasi yang sudah gw develop, yang namanya lagi nge-program, pertama kudu tenang, trus musti konsentrasi pokoknya nga ada rongrongan deh biar ide-ide dan cara penyelesaian bisa dengan mudah gw kerjakan, tapi, secara tiba-tiba ada yang bicara “Sep, tolong dong benerin printer, ko gw engga bisa ngeprint, sekarang ya” walaupun dengan sedikid nyesek dan gondok, ya gw lakukan juga hal tersebut, dan setelah gw lakukan itu dan kembali lagi kemeja gw, kadangkala semangat untuk nge-program ilang sudah, dan masih banyak beberapa kasus yang menyebabkan gw jadi engga semanagt untuk mengerjakaan kerjaan utama gw.
Yaa, kadang kala gw berfikir, dengan pekerjaan yang begini gw mendapatkan konpensasi gaji segini, rasanya tingkat pengabdian yang gw berikan tidak seimbang dengan apa yang gw dapatkan. Apakah gw musti lari atau gw hadapai semua kenyataan ini ?
Baru 4 Hari Join Sudah Dapat Bonus Rp 5.955.984,- Dari Bisnis Internet Yang Saya Ikuti Tanpa Jual Produk,Bukan MLM,Bukan Money Game,Bukan Arisan Berantai Kai Berikan Bukti Dan Rahasiaya GRATIS Klik Disini : http://www.spektakuler.info
Iya ya kaang, sedikit bercerita, saat sempat kerjaa, entah karena masih anak baru jadi gampaang banget disuruh-suruh krn tak berdaya tea.. jadilah, yang namanya “prioritas” itu sempeet terbengkalai. Kayaknya, pepatah yang penting dulu yg harus didahulukan, ngga melulu benaar, semua kerjaan beralasan “penting” ternyata …