Akankan kita bisa hidup sendiri ? jawabanya pasti tidak. Sejak sekolah dasar kita dikenalkan oleh guru-guru kita bahwa manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Baik secara langsung atau tidak langsung pasti kita membutuhkan peran serta dari manusia lainnya.
Waktu yang sudah lama saya pernah membaca atau mendengar (wah lupa…kalau ada yang tau tolong yahh 🙂 ), sebuah cerita dimana ada seorang anak laki-laki yang memiliki tabiat yang tidak baik, pokoknya dalam pergaulan dia tidak pernah mau mengalah, mempunyai temperamen yang tinggi sehingga banyak menimbulkan perselisihan.
Sehingga suatu waktu, ayah dari anak tersebut menyuruh anak itu untuk memaku pagar setiap kali di berselisih paham baik dengan orang lain maupun sahabatnya sendiri. Entar berapa banyak pagu yang sudah ditancapkan di pagar itu, yang pasti setiap kali berselisih maka di pakunyalah pagar itu. Haripun terus berlalu, sianak telah belajar bagaimana cara untuk menahan diri dari perselisihan sehingga semakin lama kegiatan memaku pun berkurang, sampai pada tahap sianak itu tidak pernah memaku pagar lagi.
Setelah berhasil menahan diri, sianakpun datang kepada ayahnya, kalaulah dia telah berhasil menahan diri, dan tidak perlu lagi memaku pagar. Dan si ayah pun menyuruh kepada si anak, untuk mencabut paku setiap kali dia bisa menahan diri. Hari terus berlalu, dan sianak pun terus mencabut paku yang telah ditancapkan diatas pagar hingga habislah semua paku yang sudah tertancap. Lalu dia datang lagi kepada ayahnya dan mengabarkan bahwa semua paku telah dicabutnya, dan siayahpun berkata “Anakku saat ini kamu sudah beprilaku baik, tapi cobalah lihatlah berapa banyak lubang dipagar bekas tancapan pakumu dan pagar ini tidakakan kembali seperti semula, semua lubang akan tetap berbekas dipagar. Seandainya kamu berselisih dengan oranglain ataupun sahabatmu, hal itu akan selalu meninggalkan lupa seprti halnya pada pagar ini. kamu bisa menusukan pisaumu ke punggung sahabatmu dan kamu bisa mencabut kembali, tapi luka pisau akan tetap tinggal di punggung sahabatmu. Mau berapa banyak permintaan maaf dan penyesalanmu luka itu aka tetap berbekas. Begitupun luka karena ucapan akan sama perisnya dengan luka pisau yang menusuk, bahkan akan terasa lebih perih lagi”
Cerita diatas mungkin akan mengingatkan kita akan pentingnya pengendalian diri kita untuk menjaga hubungan dengan orang lain, apalagi menjaga hubungan dengan sorang sahabat. Karena kata pepatah satu saja sahabat sejati akan lebih berharga dari seribu teman yang hanya peduli dengan kepentingannya sendiri.
Berbicara tentang sahabat, adakah diantara kita memiliki seorang saja sahabat sejati ?
Gambar: Kompas.com
Sahabat sejati.. meski ada beberapa, mereka pun kerap datang dan pergi, ibarat planet dalan susuan tatasurya, mereka [sahabat sejati] itupun berrotasi dan berevolusi dengan kehidupan-nya masing-masing.. silaturahim aktiflahyang menenpatkankita selalu dalam lintasan dan bertemu dalam satu titik di periode tertentu 😀
Seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari Afrika Barat
————–
PS: Ohya, Warung yang lama ini akhirnya kembali di buka, setelah lama di tinggal mudik.
Sahabat boleh datang dan pergi, tetapi namanya akan selalu tersimpan dihati
Makasih yah udah mau mampir 🙂
sahabat itu banyak…
banyak yah ? 😕
wah payah lo! ceritanya dah pasaran tuh. dah banyak yang buat kaya gitu, bikin cerita yang laen donk biar ga bosen bacanya.
:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:
sahabat tidak akan membohongi temannya sendiri.
@no, iya sih banyak cerita mirip2 ini, saya cuman ingin cerita tentang ini
bagussssssssss………….. bagus…………….
mana cerita pengendalian dirinya